Cerita Kakeku

01.03 Unknown 2 Comments


Pagi ini udara masih terasa dingin. Agaknya hujan yang turun dari tengah malam hingga menjelang subuh menjadi penyebabnya.  Tubuhku enggan untuk beranjak turun dari peraduan. Ku lirik jam masih menunjukan pukul 03.30. Mataku menyusuri seluruh kapuk yang dibungkus dengan kain tempatku merebahkan diri. Setelah ku temukan kain tebal berwarna putih dihiasi garis hitam di sudut kiri bawah ranjang, ku raih dan aku sembunyi di bawahnya, berharap rasa dingin tak menemukanku.  Kututup kembali kedua kelopak mataku.

Tak berapa lama, masjid yang hanya berjarak 500 meter dari rumah sudah meyuarakan  adzan subuh dan sangat jelas terdengar ditelingaku. Dengan masih menguap, perlahan ku buka kedua kelopak mata. Ku kumpulkan tenaga untuk turun dari peraduan. Kaki berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Saat melewati kamar adiku masih terlihat sinar kekuningan yang berasal dari lampu bohlam 5 watt menandakan adiku belum bangun. Sebelum sampai dikamar mandi ku lihat ibuku sudah sibuk dengan urusan dapur. Di atas tungku nampak satu ekor ayam sedang dibolakbalik. Hari ini memang rencananya memanen padi. Sudah kebiasaan untuk membuat ayam panggang sebagai bentuk syukur atas hasil panen.

Ku langkahkan kakiku kembali ke kamar setelah selesai mengmbil air wudhu. Nampak adik kecilku keluar dari kamarnya dengan mengucek matanya. Saat ku suruh mencuci mata dia tak menjawab.  Hanya langkah kakinya langsung menuju kamar mandi. ku ambil sarung dan sajadah di dalam lemari. Ku gelar sajadah di atas tikar di dalam kamar. Segera ku berkencan dengan Sang Pemilik Hidup.

Pagi ini nampak cuaca masih mendung walaupun semalam sudah turun hujan. Suasana sekitar masih terasa dingin, mungkin seperti kata orang dinginnya masuk ke tulang. Kulakukan aktifitas harian seperti biasa, aku ajak adik kecilku untuk berolah raga kecil. Ku susuri dusun dengan berjalan kaki. Mumpung udara masih segar pikirku. Dengan sedikit enggan, dia ikut berlari-lari kecil denganku. Ku lihat sekitar lampu jalan masih menyala, lampu teras rumah-rumah juga masih menyala. Memang masih terlalu gelap untuk mematikannya. Dusunku memang kecil tidak sebegitu luas namun penghuninya bisa dibilang cukup ramah. Terbukti satu dusun saling menganal satu sama lain. Jadi tidak sulit bagi orang asing untuk menemukan rumah salah satu warga. Cukup tanya ke orang dipinggir jalan pasti sudah tahu rumah yang ingin dituju.

Nama Dusunku adalah Sumbergendul. Mungkin bagi orang yang mengerti bahasa jawa agak sedikit aneh mendengar nama dusunku. Sumber dalam bahasa indonesia berarti sumber mata air sedangkan gendul bisa diartikan sebagai botol. Aku sendiri juga heran kenapa dusunku bernama sumbergendul. Dengan modal rasa ingin tahu itu pernah suatu hari aku menanyakan maksud dari nama dusunku ke kakekku. Masih sangat jelas teringat saat ku lontarkan pertanyaanku, wajah kakeku terlihat sangat bersemangat. Memang kakeku sangat hobi bercerita tentang sejarah. Jadi ketika mendengar cucunya merasa penasaran dengan sejarah dusun kami, dia merasa senang.

Menurut cerita kakeku, dulunya di dusunku terdapat tujuh buah gua. Gua tersebut digunakan oleh penduduk sekitar untuk bersembunyi dari penjajah. Ketujuh gua tersebut letaknya berdekatan. Menurut kabarnya, gua tersebut tembus hingga laut selatan. Aku sendiri kurang begitu yakin kebenarannya jika melihat dari letak geografisnya. Dusunku ini adalah bagian dari Kabupaten Kediri, nah jika melihat di peta akan nampak bahwa dari Kediri sampai ke Laut selatan sangat jauh. tapi entahlah, jaman dulu penuh misteri dan mistik.

Nah di depan ketujuh mulut gua tersebut banyak diletakan botol-botol. Tujuan dan maksud peketakan botol tersebut sampai sekarang belum  terpecahkan. Dulu ketika kakeku masih kecil, botol-botol tersebut masih jelas terlihat dari luar gua. Namun sekarang tidak terlihat lagi dan gua sudah digenagi air dan tidak dapat dimasuki. Entah sejak kapan air memenuhi gua, yang jelas ketika aku lahir gua sudah tidak bisa dimasuki oleh manusia. Di dekat salah satu gua terdapat sumber mata air yang sampai saat ini masih bisa dilihat mengeluarkan air walaupun tidak banyak. Di sekitar gua juga terdapat beberapa lubang kecil ukuran kurang lebih setengah meter. Kabarnya dulu lubang-lubang tersebut adalah rumah bagi landak-landak putih. Masih dalam lingkingan gua terdapat dua buah pohon asem kembar. Menurut mitos, kedua pohon tersebut adalah jelmaan dar dua ekor kera yang dulunya tinggal disekitar gua. Nah, sumber mata air dan botol tersebutnya asal muasal nama dusunku yakni dusun Sumbergendul.

Ada versi lain yang meceritakan asal muasal munculnya ketujuh gua. Menurut cerita, dahulu ada seorang putri cantik jelita yang selalu menjadi buah bibir dimasyarakat.Nama putri tersebut adalah Putri Begedad. Setiap pemuda merebutkan gadis tersebut. Kecantikan Putri Begedad tersohor sampai kedaerah-daerah sekitar. Hingga sampai ke telinga kedua kakak beradik yang berkepala sapi dan kerbau. Kedua kakak beradik tersebut adalah pangeran. Suatu hari kedua kakak beradik tersebut datang ke desa karena penasaran ingin melihat kecantikan Putri Begedad. Ketika keduanya melihat Putri Begedad langsung jatuh hati. Keduanya bersaing untuk menarik perhatian putri. Keduanya bersamaan melamar putri. Awalnya putri menolak lamaran kedua pangeran tersebut karena keduanya berkepala hewan dan sama sekali Putri Begedad tidak tertarik.

Mendengar lamaran ditolak, kedua pangeran buruk rupa tersebut langsung naik pitam. Keduanya mengancam Putri jika lamaran ditolak maka pangeran akan kembali datang dengan membawa pasukan untuk menyerang dan menghabisi seluruh penduduk desa. Akhirnya Putri Begedad meminta petunjuk dari Maha Pencipta. Putri akhirnya menerima lamaran keduanya namun dengan syarat. Putri ingin dibuatkan tujuh buah gua di dekat sumber mata air dan setelah gua tersebut selesai, putri akan memilih salah satu dari kedua pangeran. Singkat cerita kedua pangeran membuat gua sesuai permintaan sang putri. Namun ketika kedua pangeran tengah menyelesaikan gua ketujuh, putri datang dan menutup lubang gua. Karena kelemahan kedua pangeran tersebut adalah botol maka putri meletakan botol-botol dimulut gua agar kedua pangeran buruk rupa tidak bisa keluar. Akhirnya penduduk desa selamat dan Putri Begedad busa terhindar dinikahi slah satu pangeran tersebut.

Sampai sekarang gua tersebut masih bisa dilihat namun tidak bisa dimasuki. Letaknya berada ditengah-tengah sawah dan sekelilingnya ditumbuhi oleh pohon-pohon besar, umurnya mungkin ratusan tahun. Gua juga dijaga oleh kuncen. Ketika ada orang yang berkunjung pasti akan selalu diceritakan tentang gua dan segala seluk-beluknya. Gua diibaratkan sebagai rahim, dimana fungsinya adalah melindungi sebelum lahir didunia. Gua tersebut juga sama, dulunya sebagai tempat perlindungan. Ketika di gua harus selalu menjaga tata krama. Layaknya kita menghormati Ibu sendiri. Gua diibaratkan sebagai ibu yang selalu harus kita jaga dan kita tidak boleh melupakannya. Seperti dahulu, gua sangat berjasa menjaga dan melindungi para leluhur orang dusun.








Ini Dia Sejarah-sejarah Menarik di Indonesia

You Might Also Like

2 komentar:

  1. Wah aku baru tahu nih Ris, asal muasak nama daerahmu itu.

    BalasHapus
  2. Jadi, sekarang gua nya udah gak bisa dimasukin lagi ya?
    Klo masih pasti seru ya, berpetualgan menyusuri gua.

    Anyway, makasih sudah ikutan giveaway blogku ^^

    BalasHapus

Bagi pendapat Sob...