Misteri di Panggung Berdarah (Cerpen)

02.44 Unknown 0 Comments

Tepuk tangan penonton Wayang Orang BlogCamp Budhoyo gemuruh.
Kiprah Cakil yang lincah dan tehnik menghindari serangan yang dilakukan oleh Arjuno juga ciamik.
Klimaks perang tanding antara satria bagus dengan raksasa bergigi mancung tampaknya akan segera tiba.
Cakil yang diperankan oleh Mudhoiso tampak menarik keris dari rangkanya. Sementara Rikmo Sadhepo yang ayu gandhes pemeran Arjuno melirik sambil senyum kemayu.
Tusukan keris yang mengarah dada dapat dielakkan oleh Arjuno sambil menyabetkan selendang kearah kepala Cakil. Raksasa bertingkah pencilakan itu muntap. Dengan gerakan bringas diarahkannya keris luk 9 itu ke arah perut Arjuno. Kini satria panengah Pendowo tak buang-buang waktu. Ditangkapnya pergelangan tangan Cakil lalu diputarnya dengan ujung keris mengarah ke tubuh sang raksasa. Cakil berusaha menghindar. Sreeeeet..ujung keris merobek leher Cakil. Cakil menjerit keras, lalu ambruk. Arjuno meninggalkan palagan sambil tersenyum. Niyaga mengalunkan gending sampak. Layarpun diturunkan. Tepuk tangan penontonpun cethar membahana.
Tiba-tiba terdengar suara jeritan bersahut-sahutan dari balik layar yang tertutup.
Inspektur Suzana yang sedang menonton pagelaran wayang orang itu segera lari menuju panggung. Disingkapkannya layar. Tubuh Mudhoiso tergeletak dengan wajah membiru, matanya melotot seolah menahan sakit. Darah mengalir dari lehernya. Dirabanya nadi laki-laki berkostum Cakil itu. Tak ada denyutan lagi. Mudhoiso telah tewas.
“Dia pembunuhnya!”. Teriak sesosok yang muncul tiba-tiba dari arah bangku penonton dan mengarahkan jari telunjuknya ke Rikmo Sandhepo.
“Tidak, aku tidak melakukannya”. jawab Rikmo Sandhepo dengan wajah ketakutan. “Jangan menuduh sembaranagan Detektif Sableng, kita harus melakukan penyelidikan dahulu”. Inspektur Suzana angkat bicara.
Detektif Sableng dijuluki sebagai detektif gila dengan gaya nyentriknya. Baju batik dan syal warna merah selalu menemai disetiap langkahnya. Dulunya dia adalah seorang Inspektur yang dipecat karena kegilaannya terhadap judi. Kecelakaan mobil yang menewaskan Istri dan seorang anak laki-lakinya yang dikemudikan oleh Detektif Sableng sendiri menjadikan dia semakin menggilai judi. Disamping itu dia memiliki hobi memancing.
“Hanum, cepat kumpulkan semua kru dan juga pemain di panggung segera setelah semua penonton meninggalkan gedung ini”. Kata Inspektur Suzana kepada sutradara Wayang Orang BlogCamp Budhoyo itu.
Nampak satu persatu penonton mulai meninggalkan gedung. kecemasan tak lagi terlihat di wajah para penonton. Hanum mampu menutupi wajah ketakutannya dihadapan penonton, menutup pertunjukan dan menjelaskan bahwa jeritan di akhir cerita adalah bagian dari skenario. Segara setelah itu, 20 Pemain dan 10 kru berhasil dikumpulkan di panggung berdarah itu. Disamping itu anak buah Inspektur yang datang bagai kilat ke TKP setelah mendapatkan panggilan langsung memasang garis polisi di sekitar mayat Mudhoiso.
“Atur giliran mereka untuk introgasi di Ruang Ganti Pemain”. Kata Inspektur Suzana sedikit berbisik kepada Bokir, anak buah kepercayaannya.
Bokir tak menjawab, hanya menganggukan kepalanya. Segera Bokir mengatur giliran Intrograsi para pemain dan kru tersebut. 2 orang silih berganti keluar masuk ke ruang ganti pemain yang mendadak berubah menjadi ruang introgasi tersebut.
“Maaf detektif, anda juga harus ke ruang ganti seperti yang lainnya”.
“Aku ini detektif yang sering memecahkan kasus pembunuhan seperti ini, beraninya kau menuduh aku sebagai tersangka”. Teriak detektif Sableng pada Bokir dengan marahnya.
“Maaf Detektif, itu adalah perintah dari atasan kami. Dan kewajiban saya untuk melaksanakannya”.
“Dasar kau…!!”. teriak detektif Sableng dengan gusarnya tak dapat mengendalikan emosinya. Diraihnya kerah baju Bokir dengan tangan kirinya. Tangan kanan mengepal, mengayun ke arah wajah Bokir.
“Hentikan Detektif, jangan berbuat onar di sini. Aku yang memerintahkan dia”. Inspektur Suzana tiba-tiba muncul.
“Jika kamu memang bukan pelakunya tolong ikuti prosedur kami, cepat ke ruang ganti sekarang jangan menghambat kerja kami”. lanjut Inspektur Suzana.
“Dasar Inspektur kurang ajar”. Kata Detektif Sableng dalam hati kemudian dengan langkah gontainya berjalan menuju ruang ganti.
Akhirnya seluruh pemain dan kru termasuk Sutradara dan Detektif Sableng selesai diperiksa.Setelah diperiksa ternyata keris yang digunakan oleh Rikmo Sandhepo bukan keris asli. Semua tak di ijinkan meninggalkan gedung pertunjukan dan tetap berkumpul di panggung. Mayat Mudhoiso sudah tak ada di panggung. Hanya bercak darah yang letaknya agak berajuhan dari tempat jautuhnya korban masih tertinggal di kelilingi garis polisi. Nampak hilir mudik anak buah Inspektur Suzana di sekitar panggung melakukan pemerikasaan TKP.
“Kalian semua boleh beristirahat tapi tidak diperkenankan untuk meninggalkan gedung ini”. Kata Inspektur Suzana yang muncul dengan Bokir membawa beberapa berkas ditangannya.
Semua orang yang sebelumnya berkumpul di Panggung satu persatu meninggalkan panggung setelah mendapat instruksi dari Inspektur. Salah seorang pemain takpak masih gemetar ketakutan. Bahkan keponakan perempuan Sang Sutradara yang juga termasuk pemeran dalam Wayang Orang BlogCamp Budhoyo masih menangis sesegukan karena ketakutan dan cemas.
“Bagaimana perkembangan penyelidikannya”. Kata Detektif Sableng.
“Saya harapkan kamu tidak ikut campur dalam kasus ini, biarlah kami yang menyelesaikannya sendiri”. Kata inspektur Suzana.
“Dasar Wanita angkuh, sok bisa menangani semuanya. Aku jamin kalian pasti akan memelas meminta bantuanku untuk memecahkan kasus ini”. kata Detektif Sableng dengan nada tinggi sambil berjalan meninggalkan panggung .
“Apakah semua berkas yang saya minta sudah lengkap?’.
“Ya Inspektur, semua berkas yang Anda minta sudah terbendel menjadi satu ditangan Anda”. Kata Bokir
“Tolong jelaskan secara singkatnya!”.
“Setelah kami selidiki, ternyata ke tiga orang yang Inspektur curigai sebagai tersangka itu memiliki latar belakang keterkaitan secara langsung ataupun tidak langsung terhadap korban”.
“Sang Sutradara dulunya sempat mau menikahkan korban dengan anak perempuannya. namun belakangan diketahui bahwa korban sudah memiliki dua orang istri sehingga sutradara menjadi gusar dan membatalkan pernikahan tersebut. Di hari yang seharusnya menjadi hari pernikahan anak sutradara dengan Mudhoiso, anak perempuan Sutradara itu ditemukan tewas dengan leher terjerat tali menggantung di gudang belakang rumah. Diduga anak perempuannya tersebut mengalami depresi karena batal menikah”.. Lanjut Bokir.
“Sedangkan Kumbakarna yang juga Anda curigai sebagai tersangka ternyata waktu SMA adalah teman sekelas korban. Kumbakarna dan Mudhoiso terkenal sebagai dua orang yang selalu bersaing di klub basket di sekolah. Tercatat beberapi kali mereka terlibat perkelahian dan juga sempat menyebabkan Kumbakarna dirawat di Rumah Sakit selama sebulan karena mengalami gegar otak ringan. Hal itu juga menyebabkan Kumbakarna tinggal kelas. Dari keterangan pemain Wayang Orang BlogCamp Budhoyo lain kami memperoleh informasi bahwa mereka berdua juga sempat terlihat beberapa kali bertengkar memperebutkan peran Cakil dalam pertunjukan ini, dan akhirnya Mudhoiso lah yang terpilih memerankannya”. Kata Bokir melanjutkan keterangannya.
“Bagaimana dengan Dia?’. Kata Inspektur Suzana penuh penasaran menanyakan tentang salah satu orang yang diduga menjadi tersangka dalam
“Dia dan korban adalah teman ditempat perjudian besar yang letaknya di dekat stasiun kota. Dia ternyata masih memiliki hutang kepada korban sebesar Rp.50.000.000,- . mereka sempat beberapa kali adu mulut di tempat perjudian dan menimbulkan keributan besar sehingga sering di usir keluar dari perjudian. Dari keterangan tentangga dia, diketahui bahwa Mudhoiso sering datang kerumahnya membawa dua orang bertubuh kekar dengan jaket kulit warna hitam dan selalu berujung pada keributan di rumah dia”. Jelas Bokir
“Kerja Bagus, kita sudah menemukan motif yang mungkin menjadi alasan pembunuhan ini, sekarang yang harus kita cari adalah bagaimana cara pembunuhannya dan senjata apa yang digunakan pelaku untuk menggorok leher korban”. Kata Inspektur Suzana sembari membolak-balik berkas yang sedari tadi dipegangnya tersebut.
“Inspektur.. Inspektur kami menemukan Pisau berlumuran darah yang disembunyikan di dalam ruang ganti”. Tiba-tiba salah seorang anak buah Inspektur Suzana menghampiri.
“Cepat tunjukan tempat kamu menemukan ini”. Kata Inspektur Suzana dengan segera melangkahkan kakinya menuju ruang ganti.
“Pasti dia orangnya, tidak salah lagi. Dia meletaktakannya di waktu selesai introgasi”.Kata Inspektur Suzana dalam hati.
Segera kumpulkan semua orang dipanggung sekarang, Aku sudah tau pelakunya. Perintah Inspektur kepada Bokir.
“Ba..baik Inspektur”. Kata Bokir setengah terbata-bata karena terkejut.
Tiba-tiba terdengar teriakan dari salah toilet. Semua orang berlarian menuju asal muasal teriakan. Tampak sesosok mayat tergantung di dalam toilet. Mayat tersebut adalah mayat Kumbakarna. Di atas westafel nampak secarik surat yang ditinggalkan oleh Kumbakarna. Secara tiba-tiba Detektif Sableng meraih surat tersebut dan langsung membacanya dihadapan semua orang.
“Saya minta maaf atas kekacauan yang saya buat di panggung yang harusnya menjadi panggung yang penuh sejarah ini, saya telah melakukan tindakan keji sehingga menghilangkan nyawa seseorang, yakni Mudhoiso…”.
“Hentikan itu detektif, Anda tidak berhak membacanya. Itu adalah barang bukti yang menjadi hak kami selaku pihak berwajib”. kata Inspektur Suzana yang datang sedikit telat dibandingkan yang lain.
“Tolong semua berkumpul di panggung sekarang, biar ini kami yang mengurusnya”. Lanjut Inspektur Suzana.
Semua bergegas menuju panggung untuk berkumpul sesuai permintaan Inspektur Suzana. Tidak beberapa lama kemudian Inspektur Suzana datang.
“Baiklah, saya akan menjelaskan mengapa kalian saya kumpulkan semua di sini, saya sudah tau pelaku pembunuhan Mudhoiso”.
“Bukankah pembunuh Mudhoiso sudah jelas adalah Kumbakarna sesuai surat wasiat yang telah ia tinggalkan”. Cela salah seorang kru yang ikut berkumpul di panggung.
“Bukan!!’.
“Apa maksud Anda Inspektur?”
“Kumbakarna memang bisa maksuk penjara jika dia masih hidup tapi bukan karena alasan membunuh Mudhoiso, dia akan ditanggkap karena telah melakukan percobaan pembunuhan. Pembunuh sebenarnya ada di antara kita. Dia pasti merasa sangat senang dengan kasus bunuh diri Kumbakarna, namun dia lupa bahwa kami bukan orang yang mudah diperdaya hanya dengan trik-trik pembunuhan semacam itu”. Jelas Inspektur Suzana.
“Lalu siapa pembunuh sebenarnya?”. Potong salah seorang kru.
“Dialah pelakunya”. Sambil menunjuk Hanum sang Sutradara.
Semua mata terpanah. Semua tercengang dengan pernyataan Inspektur Suzana.
“Bagaimana mungkin saya melakukan hal itu, saya ini masih punya harga diri. Tidak mungkin melakukan keji seperti itu”. Kata Hanum sedikit marah.
“Jangan mengelak lagi, kami sudah punya buktinya. Buktinya adalah ini. Sambil menunjukan beberapa helai senar pancingyang saya temukan di tasmu.
Senar pancing ini adalah senar yang memiliki daya tahan yang sangat kuat, biasa digunakan di laut oleh pemancing profesional seperti kamu. Sebenarnya Mudhoiso mati kerena kehabisan nafas tercekik oleh senar pancing ini bukan mati karena tikaman pisau yang dilakukan oleh Kumbakarna. Lanjutkan ceritanya, Bokir!”. “Baik Inspektur. Pembunuhan dilakukan sesaat setelah lampu panggung dimatikan dan Tirai diturunkan. Pembunuhan ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang pada saat itu dekat dengan TKP. Dan orang yang sangat memungkinkan melakukan itu adalah anda Bapak sutradara yang selama pertunjukan ini selalu berada di samping panggung mengawasi jalannya cerita.. “.tambah Bokir
“Mana mungkin saya melakukannya. Tidak hanya saya yang bisa melakukannya, bukankah Rikmo Sadhepo juga bisa melakukan itu. Dia saat kejadian itu dekat sekali jaraknya dengan korban, hanya sekitar 5 meter saja. dan dia meletakan senar pancing itu di dalam tasku agar akulah yang dituduh sebagai pelakunya.”. Kata Hanum.
“Jangan bicara sembarangan Pak, saya tidak mempunyai alasan untuk melakukan perbuatan itu”. Teriak Rikmo Sadhepo karena merasa tersinggung.
“Sudah, jangan mengambing hitamkan orang lain Hanum. Bukankah kamu yang mengatur properti pemeran. Kamu memilih kalung yang sangat ketat untuk digunakan oleh Mudhoiso saat pertunjukan. Hal itu kamu lakukan untuk bisa mengelabui penyelidikan agar kami berpikir bahwa bekas garis merah yang kami temukan di leher korban adalah karena kalung yang sengat ketat tersebut. Awalnya kami memang berpikir demikian namun sangat janggal sekali, karena tali kalung yang digunakan oleh korban besar berbeda sekali dengan bekas merah yang mengelilingi leher korban. Kami juga telah memeriksa rumah Anda, disana kami menemukan banyak sekali senar pancing seperti ini padahal senar pancing ini dibatasi peredarannya. Hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapatkannya. Tentu tak sulit bagi Anda untuk mendapatkannya mengingat hubungan Anda dengan luar negri sangat luas. Jika diperiksa pasti ditangan Anda masih ada bekas merah yang ditinggalkan saat Anda menjerat leher korban”. Kata Inspektur Suzana.
Sutradara yang bertubuh gempal itupun terduduk di lantai sambil menunduk.
“Andai saja dia tidak melakukan itu pasti aku tidak perlu repot-repot melakukannya “.Kata Hanum.
“Dia adalah rekan bisnisku dalam bidang jual beli obat-obat terlarang, kami diam-diam sudah menjalin kerjasama sejak empat tahun lalu. Sebagai syarat agar saya diterima menjadi rekan bisnisnya adalah dengan merelakan putri saya untuk manikah dengannya. Awalnya kerja sama kami berjalan dengan lancar. Semua keuntungan kami bagi bersama secara gamblang. Tapi Setahun yang lalu tiba-tiba dia berubah sikap, seenaknya sendiri membuang aku dari bisnis obat terlarang itu. Karena hal itulah aku membatalkan pernikahan putriku dengan dia, bukan karena dia sudah beristri. Saya sangat dendam kepadanya karena dia telah membuat putri saya satu-satunya tewas mengenaskan dengan gantung diri”. Ungkap Hanum.

“Paman tega sekali menjual Srikandi, putri paman sendiri hanya demi bisnis haram tersebut. Tidakkah Paman tau jika Srikandi gatung diri karena dia mengetahui kenyataan bahwa Ayahnya telah terlibat dengan bisnis haram dan melibatkan dirinya yang kemudian dijual kepada Mudhoiso.Srikandi tidak pernah sekalipun menaruh hatinya pada Mudhoiso, dia mau dijodohkan dengannya karena ingin membahagiakan paman tapi ternyata paman telah menjualnya, itulah hal yang sering dia ceritakan kepada saya”. Cela Dedes, keponakan perempuan Hanum sambil meneteskan air mata.
Hanum hanya tertunduk diam tak bersuara hanya tetesan air mata yang jatuh ke lantai panggung berdarah itu. Dengan sigap, Bokir memborgol Hanum dan segera membawanya keluar dari gedung menuju mobil polisi yang sedari tadi sudah terpakir di depan gedunng.
Sesampainya di Pintu, Hanum sempat menoleh ke Dedes sambil meneteskan air mata.
SELESAI. ….

You Might Also Like

0 komentar:

Bagi pendapat Sob...