Biru Daun Ala Madura
Berbicara soal warna pasti tidak ada habisnya, bahkan ada pepatah yang
menyatakan bahwa hidup penuh warna. Warna sendiri merupakan suatu
pembiasan cahaya tertentu dari satu cahaya sempurna. Warna jika
disebutkan satu-satu pastilah sangat banyak sekali. Secara sederhana,
warna dibedakan menjadi tiga yakni warna primer (merah, biru, kuning),
warna sekunder (campuran dua warna primer) dan warna tersier (perpaduan
warna primer dan sekunder).
Selama kurang lebih dua tahun setengah numpang mencari ilmu di Jember,saya
menemukan fenomena aneh tentang penyebutan warna. Jember sendiri
tekenal dengan penduduknya yang sebagian besar orang Madura, bahkan saya
sendiri tidak tahu keberadaan penduduk Jember asli. Orang-orang Madura
memiliki kebiasaan menyebut warna hijau sebagai warna biru. Seperti tak
mengenal warna hijau, bagi mereka warna biru ya warna hijau. Entah
bagaimana sejarahnya atau bagaimana pula yang menjadi latar belakang
mereka menyebut warna biru dengan warna hijau.
Warna biru (asli) juga disebut warna biru, alias di sini ada kata
ambigu. biru bisa berarti biru yang sebenarnya, juga bisa berarti warna
hijau. Lantas penyebutan warna hijau daun (muda) bagaimana? Hijau daun
disebut sebagai biru daun. Aneh bukan? Mana ada daun berwarna biru?
Sedikit lucu saat mendengarnya. Bagi oran pendatang di Jember asti
langsung tertawa saat mendengar kata biru daun. Standart nasional
mengakui adanya warna hijau daun bukannya biru daun. Bingung kan, saya
awalnya juga seperti itu. Awal-awal di Jember sering salah pengertian
dengan teman yang notabennya orang Madura.
Suatu kali saya sedang kerja kelompok di kosan teman. Ceritanya kami
belajar kelompok lima orang. Kebetulan kos teman yang dijadikan tempat
kerja kelompok berpagar besi dengan cat warna hijau. Ada teman yang
ingin ikut dan memintah arah lokasi kami bekajar bareng. Kebetulan yang
menunjukkan arah adalah teman orang Madura melalui pesan singkat.
Setelah ditunggu lama ternyata teman tak kunjung datang. Tak lama pun
teman saya itu menelpon katanya dia sudah sampai di jalan sesuai yang
penunjuk teman saya yang beraal dari Madura itu namun dia tidak
menemukan rumah dengan biru. Saya pun bingung karena kami tidak belajar
dirumah denan cat warna biru melainkan warna hijau. Akhirnya terungkap
sudah alas an yang menyebabkan teman saya tersasar yakni karena warna
hijau yang di sebut warna biru oleh teman Madura.
Pernah juga kejadian yang serupa. Saat awal-awal masuk kuliah pasti
masih masa-masa dimana belum banyak mengenal teman. Saya memepunyai tiga
teman akrab yang salah satunya berbudaya Madura. Suatu kali saat di
kelas, teman saya itu sedikit berbisik kepada saya, menanyakan nama
cewek yang berbaju biru. Saya pun clingak - clinguk, toleh kanan kiri
mencari cewek yang dimaksud teman saya itu. Namun saya tak melihat
satupun cewek dikelas yang memakai baju warna biru. Eh usut punya usut
ternyata sewek yang dimaksud teman saya itu adalah cewek yang berbaju
hijau.
Saya yakin pasti teman-teman saya lain yang senasib dengan saya
sebagai seorang pendatanmg pasti banyak mengalami kejadian yang serupa.
Fenomena aneh ini sampai sekarang masih ada di dalam kebudayaan orang
Madura. Sejak kapan ada warna biru daun pun sampai sekarang orang Madura
sendiri saat ditanya tidak bisa menjawabnya. Hal ini sungguh
menimbulkan pertanyaan besar dibenak saya. Sepertinya hal ini perlu
diadakan penelitian agar terungkap latar belakang yang mendasari
munculnya warna biru daun.
jiah...itu buta warna atau gimna?
BalasHapus@Moti Peacemaker
BalasHapusBukan buta warna tapi mereka menyebut warna hijau dengan nama biru.
Ng kampungku malah sebaliknya, mbah-mbah sering menyebut warna biru dengan warna hijau, selain itu, mbah-mbah juga sering menyebut warna coklat dengan merah... mangkanya jangan heran kalau ada yang bilang "kuwi tempe'ne wis abang, lek diangkat"... memang lain ladang lain belalang, lain huma, lain kata
BalasHapus