Identitas

02.25 Unknown 0 Comments

Saya adalah orang desa. tinggal di desa yang jalannya tak ramai lalu lalang kendaraan. Seperti kebanyakan desa lainya, desa tempat tinggal saya masih memegang rasa persaudaraan atar tetangga yang erat. Jika salah satu tetangga sedang mengalami kesulitan, tetangga lainnya yang mampu akan langsung membantu tanpa ada perintah. Sehingga setidaknya lebih beban lebih mudah dijinjing.

Desa masih penuh dengan pemandangan hijau sawah maupun pohon-pohon disekitar tempat tinggal. Sejak subuh pun sudah banyak orang yang bangun untuk melakukan rutinitasnya, semisal memasak, mengairi sawah, berbelanja, memberi makan ternak dan lainnya. Hanya saja fasilitas publik tak banyak dijumpai, jikalau pun ada biasanya terkesan seadanya.

Sekarang saya tinggal dikota untuk keperluan pendidikan. Kota adalah 180 derajat dari desa. kota sebagai salah satu cermin perekonomian dan pemerintahan. Segala bentuk fasiltas publik tersedia lengkap demi mendukung semua aktifitas warga kota yang cenderung lebih kompleks dibandingkan masyarakat desa. tak heran banyak orang berbondong-bondong ke kota dengan berbagai macam tujuan seperti memperoleh pekerjaan, pendidikan, mengembangkan bakat atau sekedar singgah sementara saja.

Perpindahan penduduk dari desa ke kota atau yang sering disebut urbanisasi tersebut bisa berdampak positif juga bisa sebaliknya. Positif apabila para urban memiliki keahlian yang memadai untuk mencapai tujuan awalnya menuju kekota. Jika ingin memperoleh pekerjaan maka harus mampu memiliki keahlian dibidangnya, jika tidak maka tak heran akan semakin menumpuk gelandangan-gelandangan yang tersebar disetiap sudut-sudut kota.

Tinggal sebagai orang kota harus mampu bersaing. Di kota pun rasa gengsi akan menjadi lebih besar terutama berhubungan dengan harta benda. Berkunjung ke keluarga besar jika tidak punya ini itu akan muncul rasa gengsi yang berlebihan. Untuk itulah salah satu identitas orang kota bukan kartu tanda penduduk melainkan barang-barang mewah. Orang kota selalu identik dengan barang-barang yang menimbulkan decak kagum.

Tak ada barang mewah rasanya bukan orang kota. Hal demikianlah yang dapat mendasari banyak orang yang menghalalkan banyak cara untuk memperolehnya. Orang bijak selalu berusaha dengan kerja kerasnya, sebagian lainnya bergelut dengan dunia- dunia yang ditentang oleh norma namun cepat memperoleh kekayaan. Orang yang memilih cara cepat tersebut sebenarnya adalah salah satu dampak tidak memiliki keahlian khusus sehingga banyak lapangan pekerjaan yang menolaknya. Dunia gelap pun menjadi pilihannya.
Desa ataupun kota sebenarnya tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah bagaimana pribadi masing-masing menghadapinya. Mampu menempatkan diri pada setiap situasi dan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada akan mampu menghadapi setiap tantangan yang ada di depan mata. Tak perlu saling mendiskriminasi.

You Might Also Like

0 komentar:

Bagi pendapat Sob...