Pengalaman Menghadapi Kucing yang Dehidrasi dan Malnutrisi
![]() |
Ciko |
![]() |
Ciko |
Kucing tersebut sifatnya sangat lembut walaupun berjenis kelamin jantan. Iseng-iseng saya kasih nama ciko, tidak disangka kucingnya merespon.pikir saya mungkin dia suka dengan nama yang saya kasih untuk dia. Si ciko ini walaupun ibunya kucing ras tapi lebih condong ke bapaknya, yakni kucing domestik. Namun jika diperhatikan dengan jelas, bulunya lebih lebat dibandingkan dengan bulu kucing domestik. Si ciko ini sangat penurut, tetangga bahkan menyukainya. Orang-orang bilang,Ciko gak berani naik-naik meja untuk mencuri ikan atau makan lainnya. Memang untuk makanan si Ciko saya jaga agar tidak sampai telat.
Pagi-pagi tetangga ada yang datang, tidak taunya memberitahu kalau si Ciko ketabrak motor. Saya langsung panik dan mengambilnya dan segera membawanya ke rumah. Kondisinya lemas, tidak mau berdiri hanya tidur. Kemudian saya sodorkan makanan di depannya si ciko tidak merespon. Akhirnya saya diamkan dan saya selimuti dia. Bolak-balik saya tengok tetap gak mau makan bahkan saya panggil-panggil namanya tidak merespon. Biasanya ketika namanya dipanggil dia pasti merespon, entah itu menghampiri yang manggil atau sekedar mengeong. Waktu itu saya sudah berpikiran buruk, mungkin si ciko gak bakal selamat. Gak taunya ke esokan harinya dia mulai mau berjalan walaupun tidak seperti biasanya dan mau untuk menyentuh makanannya. Tiga hari berselang si ciko sudah lincah seperti biasanya.
Kurang lebih satu bulan setelahnya, si ciko pulang dengan keadaan lesu. Saya langsug tanya ke tetangga sekitar apamungkin ketabrak motor lagi, tenyata semua tetangga menjawab tidak. Dalam benak saya mungkin ciko tertabrak motor tapi tidak ada yang tahu. Saya saat itu optimis pasti si ciko keesokan harinya sudah biasa lagi. Saya seolah-olah termakan mitos kalau kucing memiliki nyawa tujuh. Tidak taunya selama dua hari si ciko tetap gak mau makan. Waktu itu saya sangat minim sekali info tentang perawatan kucing, saya juga belum bergabung dengan grub sesama pecinta kucing, bahkan saya juga ketakutan untuk membawa ke dokter hewan. Selama ini saya mendengar kalau ke dokter hewan itu biayanya sangat mahal. Jadi ketika kiki kondisinya semakin lemah, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Sampai dihari ketiga si kiki sudah tergeletak kaku. Saat itu cukup menggangu pikiran saya, ya karena kiki sudah sangat akrab dengan saya, saya pelihara dari umur 2,5 bulan sampai meninggal umur 8 bulan.
Selang beberapa minggu setelahnya, keinginan saya untuk pelihara kucing masih ada. Bayang-bayang si ciko masih ada. Saya kemudian menghubungi teman yang dulu memberikan ciko kepada saya. Ternyata kebetulan kucingnya beranak lagidan dia sedang mencari orang yang mau mengadopsinya tapi kali ini tidak diberikan Cuma-Cuma kepada saya. Dia memiliki 3 anak kucing (kitten). Yang pertama warnanya sama dengan ciko tapi bulunya tebal mengikuti gen ibunya, kucing kedua sama persis dengan kiki dan kucing yang ketiga sedikit unik berwarna brown tubby yang jarang orang punya. Akhirnya setelah kesepakatan harga, saya mengambil kucing pertama. Ternyata kucingnya juga gak galak cepat akrab, suatu tanda kalau dirawat dengan baik oleh pemilik sebelumnya. Kucing tersebut saya namai kiki, karena berjenis kelamin betina. Kalau tidur si kiki ini suka diatas saya, manja sekali. Ketika dia dipanggil kiki juga merespon. Keceriaan kiki hilang ketika 5 hari berselang setelah saya adopsi. Dia tidak mau makan, lemas dan tidur terus. Sudah, saya mulai kawatir, jangan-jangan sakit seperti si ciko. Benar saja selang 3 hari si kiki nyusul ciko.
Saya benar-benar mulai takut untuk pelihara kucing lagi. Saya takut nasibnya sama dengan ciko dan kiki. Setelah keduanya mati, saya mulai mencari-cari informasi tentang seluk beluk kucing, saya juga bergabung dengan komunitas pecinta kucing. Dari komunitas tersebutlah saya akhirnya mengetahui kalau pada waktu itu memang lagi musimnya kucing mati. Saat itu memang pancaroba. Bahkan salah satu anggota bilang kalau dia bahkan kehilangan ketujuh kucingnya dengan gejala yang sama. Desas-desusnya adalah virus distampers. Virus itu sangat bebahaya bagi kucing, 90% kucing yang terserangvirus tersebut mati. Apalagi kalau yang diserang adalah kitten, sangat kecil kemungkinan selamat. Bahkan dokter hewanpun bilang susah kalau sudah terserang distampers.
Selang beberapa minggu setelah kematian si kiki. Saya mulai tergoda lagi untuk pelihara kucing. Memang mungkin dasarnya menyukai kucing, ketika ditawari untuk adopt lagi saya susah untuk menolak. Kali ini yang saya adopsi adalah saudanya si kiki yang berwarna brown tubby. Karena masih terbayang-banyang sama kiki, akhirnya si brown tubby saya namai kiki juga. Biar gak bingung sebut saja kiki2, nah si kiki2 ini awal menginjakan kaki dirumah sangat ketakutan. Beda dengan kiki1 dulu. Si kiki2 ini langsung cari tempat sembunyi. Ketika saya coba dekatin, dia menujukkan pertahan dirinya dengan mengeong garang seperti kucing yang mau berkelahi. Dia bersembunyi dibawah ranjang. Saya harus nunggu berjam-jam untuk membuatnya mau keluar dari tempat persembunyiannya dan saya pancing dengan makanan.
Hal yang saya takutnya kembali terjadi, kiki2 dihari kelima dirumah yang awalnya terlihat lincah tiba-tiba berubah murung. Karena kawatir akhirnya saya bawa ke dokter hewan. Awalnya saya memang takau kalau mahal tapi melihat keadaan si kiki2 sayagak tega. Menurut penuturan dokter, si kiki2 tidak sakit hanya terkena dehidrasi dan mengalami malnutrisi karena usianya masih kecil dan sebenarnya belum siap di pisah dengan induknya. Kalau sakit tandanya adalah suhu tinggi, namun si kiki2 suhunya normal. Dokter juga bilang Lebih aman mengadopsi kucing ketika umurnya 3 bulan. Akhirnya si Kiki2 di infus dan dan diberi suntikan untuk memperkuat daya tahan tubuhnya. Dokter menyarankan untuk sementara menggunakan makanan kucing RC recovery yang cocok untuk mempercepat pemulihan. Sepulang dari dokter langsung saya langsung mampir ke petshop dan membeli merk makanan yang dimaksud dokter.
Sampainya dirumah lansung saya kasih
makanannya. Awalnya si kiki2 hanya menciumnya. Saya berinisiatif untuk menyuapinya
dengan bantuan spet. Perlahan-lahan dia mau memakannya. Sebagai tambahan
minumnya saya kasih air kelapa yang katanya sangat baik untuk dehidrasi. Saya
juga memberi kuning telur sebagai makan pendampingnya. Sampai pada hari ketiga
setelah saya bawa ke dokter, si kiki2 sangat lemas. Padahal hari sebelumnya
sudah mau makan sendiri tanpa saya suapin. Selang sekitar satu jam si kiki2
kejang dan mengeong keras tanda kalau sudah tidak tertolong. Sekitika itu saya
merasa sangat bersalah. Saya merasa tidak mampu untuk merawat kucing. Saya
merasa saya sangat andil menyebabkan kematian 3 kucing, ciko, kiki1 dan kiki2.
Namun rasa bersalah saya sepertinya sudah
kalah dengan kesukaan saya dengan kucing. Sebulan setelah kematian si kiki2
dirumah rasanya ada yang kurang kalau tidak memelihara kucing. Akhirnya saya
berniat kembali untuk mengadopsi kucing. Saya cari-cari akhirnya saya jatuh
hati dengan kucing persia medium himalaya. Saya masih ingat dengan saran dokter
kalau lebih baik mengadopsi kucing ketika umurnya 3 bulan. Ternyata kucing yang
membuat saya jatuh hati tersebut masih umur 1,5 bulan. Akhirnya saya
mengadopsinya dengan syarat sementara saya titipkan kucingnya bersama induknya
dan nanti ketika siap adopsi saya ambil.
![]() |
Mimin Usia 2,5 bulan |
Ketika kucingnya berumur 2,5 bulan saya
putuskan untuk mengambilnya. Kucingnya benar-benar lucu, sampai dirumah barunya
(rumah saya) dia lari-larian kesana kemari dan rasa ingin taunya besar sekali.
Benda-benda yang ditemuinya dibuat mainan, dia paling suka mainan korek api.
Bulunya sangat tebal dan lembut mebuat
betah memegangnya. Awalnya saya memberinya nama momo tapi sepertinya dia tidak
menyukainya dan saya rubah menjadi mimin. Mimin ini kucing paling aktif dari
semua kucing yang pernah saya adopsi. Dia juga bukan penakut, suka eksplor ke
semua ruangan. Dia gak betah kalau
dikurung, selama ada saya saya lepas. Kalau saya tinggal baru saya kurung.
Di hari ke 5 saya kembali dibuat kawatir.
Pasalnya si mimin yang semula lincah tiba-tiba berubah jadi murung. Saya
akhirnya janji ke diri saya sendiri, kalau sampai nasib si mimin sama seperti
dengan nasib kucing saya sebelumnya yang mati, saya tidak akan lagi pelihara
kucing. Akhirnya saya share di komunitas pecinta kucing tentang masalah si
mimin yang malas makan. Ternyata banyak
yang peduli, banyak yang meberikan saran. Saya coba untuk mengikuti saran mereka yang
lebih berpengalaman dalam memelihara kucing.
Hal pertama yang saya lakukan adalah merubah
makanannya ke RC Recovery. Minumnya pun saya ganti dengan Infus Ringer laktat
yang bisa dibeli di apotik terdekat. Saya awalnya juga tidak tahu kalau infus
ringer laktat bisa langsung diberikan langsung ke mulut kucing ternyata tidak
perlu melalui selang infus bisa. Infus RL ini sangat baik untuk mengatasi
dehidrasi. Setiap satu jam sekali saya suapin ke si mimin dengan spetan. Untuk
mempermudah, saya encerkan dulu makanannya dengan bantuan sedikit Infus RL dan
saya tambahkan dengan sedikit kuning telur bebek. Memang agak susah menyuapinya
namun harus tlaten, karena ketika kucing sedang bermasalah hal yang paling
menambah parah keadaan kalau tidak ada makanan yang masuk. Namun yang perlu
dipehatikan adalah ketika menyuapi kucing yang sakit tidak boleh langsung
banyak karena halitu justru akan menyebabkan semua makanannya akan kembali
dimuntahkan karena lambungnya tidak kuat. Waktu itu setiap satu jam sekali saya
menyuapi makanan hanya sebanyak 2 mili liter. Dan untuk Infusnya saya berikan
setiap 15 menit sekali sebanyak 1 Mili liter. Selain makanan dan minumannya
saya ganti, saya juga memberinya sirup penambah sistem kekebalan sehari 3 kali.
Si mimin juga saya kurung dan atas kurungannya saya beri lampu 5 watt untuk
menjaganya tetap hangat. Karena sakit, dia juga pupnya encer dan kadang tidak
pada tempatnya jadi saya yang membersihkannya. Selama beberapa hari saya bangun
malam karena kepikiran si mimin. Ketika bangun malam saya sempatkan untuk
memberinya Infus RL dan kadang saya juga menyuapinya.
Seminggu setelahnya, si mimin mulai terlihat
ada kemajuan. Dia mulai mau makan dan minum air sendiri. Namun tetap saya bantu
suapin makanan dan infus RL, sirup oenambah kekebalan juga tetap saya berikan.
Namun saya kurangi intensitas pemberiannya. Saya sangat merasa senang sekali
ketika melihat kesehatan si mimin mulai membaik. Berarti usaha saya untuk
merawat dia benar ada hasilnya. Sampai akhirnya si mimin sehat. Setalah sehat,
si mimin sangat manja ke saya. Biasanya dia tidak betah dipegang, dia suka
lari-larian kesana kemari. Namun setelah sakit dia menjadi senang dekat-dekat
dengan saya. Mungkin si mimin melihat usaha keras saya untuk membuatnya sehat
kembali dan itu sebagai ungkapan rasa terimakasihnya.
Untuk teman-teman yang ingin memelihara kucing
terlebih kucing ras, sebaiknya memilih makanan yang kualitasnya minimal cukup
baik. Dan pastikan untuk mengadopsinya diusia yang memang sudah siap diasopsi,
Kucing ras memiliki daya tahan tubuh lebih rendah dibandingkan kucing domestik,
jadi sangat membutuhkan perhatian lebih terutama ketika baru lahir sampai umur
lima bulan. Semoga tidak ada yang mengalami hal buruk kehilangan 3 ekor kucing
karena kurangnya informasi tentang perawatan kucing. Jadi saya sarankan untuk
bergabung dengan komunitas pecinta kucing juga sehingga bisa saling berbagi
pengalaman dalam memelihara kucing.
0 komentar:
Bagi pendapat Sob...